Friday, February 16, 2007

CATATAN SEORANG PENGEMBARA 4

[Pukul 20:48. Di restoran PX, Obrigado Barracks. Lagi menunggu pesanan makan malam berupa BBQ Pork.

[Sore tadi hujan turun lebat seusai aku ikuti konferensi pers dimana orang nomor 1 di UNMIT, Atul Kahre alias boss-ku bicara, terutama tentang pertemuan DK PBB tentang TL baru-baru ini.

Akhir-akhir ini, setelah aku begitu aktif menulis diblog-ku dalam tiga bahasa:Tetun, Indonesia dan Inggris, aku selalu saja pulang ke rumah antara jam 9 dan 10 malam. Cukup melelahkan secara fisik, namun ada kepuasan secara batin.

Tadi malam aku agak capek sehingga aku tidur lebih awal.

Aku senang sekali menerima emal balasan dari Lia Haryono, seorang teman korespondensi sastra asal Indonesia, yang baru-baru aku kenal lewat internet. Dalam email tersebut, yang tiba tadi sore, dia sertakan sebuah puisi prosa. Menarik untuk disimak, sbb:

“Jika Saja Kau Ada Di Sini “

Selalu saja ada ranting ranting cemara yang berderak patah tiap kali langkahku menyisir selasar hitam putih di tepi taman dekat danau sebelah rumah. Nafas senja yang menghangatkan dan romansa jazzy yang mengalun pelan dalam hati. Luruhan kata kata puitis asmara putih yang terlarung di dalam dada melayang ringan terbawa angin musim basah. Bau kamboja yang bertebaran diantara gemburan tanah merah. Wajah yang memerah dadu dan senyum yang terselip di hamparan rindu. Ah, Sudah terlalu banyak buku yang kubaca tapi tidak satupun kutemukan rumus atau opini yang dapat menyimpulkan rasa yang entahlah selalu tiba tiba saja hadir saat senja di musim seperti ini.

Mahligai biru. Ya biru sebiru matamu yang pendarkan rindu menepis resah yang membatu. Dan pelangi, pelangi yang tidak lagi mejikuhibiniu tapi semuanya memerah jambu saat desah nafas rindumu kutemui dalam untaian huruf huruf limpahan kasih yang suci tanpa berharap akan sesuatu untuk kembali. Suratmu berbicara banyak tentang semua kenangan tahun tahun yang telah lalu dan aku tahu kau menulisnya dengan sedalam dalamnya rasa yang pernah terbentang antara kau dan aku. Dalam gigil malam dimana pernah kita isi dengan hangatnya rasa yang tidak kita mengerti dan tidak bisa kita raba. Mungkin malam tadi kau teringat akanku karena tidurkupun tidak nyenyak malam tadi.

Sentuhanmu masih terasa disini. Di tempat aku duduk sekarang ini sendiri di temani rendezvous seperti aroma therapy yang mendamaikan setiap senti sel sel otakku yang penuh dengan kilasan senyummu. Ah, Jika saja kau ada disini.

february 2007 ]

------

No comments: