Friday, July 31, 2009
PUISI BULANAN-40: "SUARA ITU"
SUARA ITU- Aquele Voz
Suara itu memanggil
Suara itu mengajak
Aku siap, dan bangkit
Aku siap, dan melangkah
--
Jullu 2009
Tuesday, July 28, 2009
PROSA PUITIKA-13
PROSA PUITIKA-12
PROSA PUITIKA-11
Saturday, July 25, 2009
PUISI BULANAN 39: "DI PANTAI INI KEMBALI AKU BERDIRI"
Friday, July 24, 2009
CATATAN SEORANG PENGEMBARA 107
[ Sebulan penuh aku mengembara di pelabuhan lain....Aku hadir lagi disini. Aku hadir untuk menyapa sesama pengembara...]
*) Dunia Timur dengan ketulusan hatinya menawarkan oasis peradaban, tapi dunia Barat kadang dengan kecongkakan otaknya menolak hal itu. Akhirnya timbul ketegangan. Kapan drama inia akan berakhir?
*) Para seniman (baca: penyair) selalu bergulat dengan bahasa ruh. Itu merupakan pergulatan yang tak berkesudahan.
*) Bunda adalah batu karang. Diterpa badai, dan ombak di tengah laut. Bunda tetap kokoh berdiri, jadi saksi bisu—memandang tingkah anak-anaknya yang aneh.
*) Kalau tanpa adanya siraman hujan pada tanah datar, mana mungkin akan berkuncup tumbuh-tumbuhan hijau? Demikian pun seorang anak. Kalau tanpa benih seorang ayah, mana mungkin dia bisa lahir di dunia? [merenungi kata-kata Ama Andresa-19-7-2009]
*) Perdamaian akan tiba lagi suatu saat, setelah adanya pertikaian yang berkepanjangan di antara kita. Kita akan bercucur lagi air-mata haru dan saling berpelukan, penuh persaudaraan.
*) Pentingnya bagi kita untuk senantiasa belajar dari sejarah masa lalu kita agar kita tidak jatuh lagi pada lubang kesalahan yang sama.
*) Api telah merambah dimana-mana. Haruskah aku tampil menjadi bensin, dan membiarkan diriku untuk disiram pada api sehingga menjadi besar, ataukah menjadi air?
*) Aku rapuh di hadapanMu. Aku lalai senantiasa. Hukumlah aku sesuai kehendakMu. Dengan demikian aku kembali ke jalan yang benar.
*) Dunia Timur dengan ketulusan hatinya menawarkan oasis peradaban, tapi dunia Barat kadang dengan kecongkakan otaknya menolak hal itu. Akhirnya timbul ketegangan. Kapan drama inia akan berakhir?
*) Para seniman (baca: penyair) selalu bergulat dengan bahasa ruh. Itu merupakan pergulatan yang tak berkesudahan.
*) Bunda adalah batu karang. Diterpa badai, dan ombak di tengah laut. Bunda tetap kokoh berdiri, jadi saksi bisu—memandang tingkah anak-anaknya yang aneh.
*) Kalau tanpa adanya siraman hujan pada tanah datar, mana mungkin akan berkuncup tumbuh-tumbuhan hijau? Demikian pun seorang anak. Kalau tanpa benih seorang ayah, mana mungkin dia bisa lahir di dunia? [merenungi kata-kata Ama Andresa-19-7-2009]
*) Perdamaian akan tiba lagi suatu saat, setelah adanya pertikaian yang berkepanjangan di antara kita. Kita akan bercucur lagi air-mata haru dan saling berpelukan, penuh persaudaraan.
*) Pentingnya bagi kita untuk senantiasa belajar dari sejarah masa lalu kita agar kita tidak jatuh lagi pada lubang kesalahan yang sama.
*) Api telah merambah dimana-mana. Haruskah aku tampil menjadi bensin, dan membiarkan diriku untuk disiram pada api sehingga menjadi besar, ataukah menjadi air?
*) Aku rapuh di hadapanMu. Aku lalai senantiasa. Hukumlah aku sesuai kehendakMu. Dengan demikian aku kembali ke jalan yang benar.
Subscribe to:
Posts (Atom)