Thursday, February 22, 2007

PUISI BULANAN 2 [ASLI]

SKETSA POTRET DIRI SEORANG HABAS*)

Tuhan telah membuat sebuah sketsa,
dengan tinta darah keturunan yang kental

Di hadapanku
aku temukan
sebagian wajah Mano Zeca,
Mundo, Zélito, Fendi, Nevio, Eso dan Zebas

Ada sebagian wajah
diarsir tebal
dan ada yang tipis

Tuhan, Engkau Pelukis Agung
Telah Engkau memberi aku hadiah
berupa sebuah sketsa wajah
Terima kasih, Tuhan! Terima kasih!
--
18 Pebruari 2007

*) Habas adalah putraku yang pertama,kelahiran 31-10-2006

POTRET PAGI

air laut surut
langit pagi buram

wajah ibu kota
masih saja muram

duka, tajam menikam
---
18 Pebruari 2007

CATATATAN SEORANG PENGEMBARA 6

[Kini di kantor. Pukul 21:22. Tidak bisa pulang karena sikon keamanan tidak memungkinkan .Tadi malam pun aku tidur saja di kantor. Tadi pagi baru pulang rumah untuk mandi dan segera kembali ke kantor. Untung ada si Lino, si sopir taksii yang biasa aku langganan lewat di depan Obrigado Barracks, sehingga aku ikut numpang taksi itu yang telah ditumpangi dua penumpang perempuan dengan jurusan Tasi Tolu…

Hujan lebat sore tadi dan juga kemarin sore.

Aku bisa lagi akses ke blog-blog-ku. Aku mengetahui hal ini tadi siang. Dengan demikian aku tak perlu harus ke Timor-Telecom untuk habiskan duit dan waktu untuk ber-internet ria.

Banyak bahan yang ingin aku masukkan kedalam “Catatan Seorang Pengembara” malam ini tapi aku putuskan untuk menundanya hingga besok dan lusa karena kini rasa capek sudah memulai menggerogoti.

--

Catatan tadi pagi di Cafetaria, PX, OB [ sekitar pukul 8:56]

*) Perut lapar membuat rakyat mengamuk. Ketiadaan keadilan sosial membuat rakyat marah. Jangan kaget kalau kemudian mereka bertindak brutal, melanggar hukum. Itulah suasana yang dialami TL, terutama di kota Dili saat ini….

---

Tadi siang aku bilang sama João da Silva, Atanasio dan Agostinho bahwa sepak terjangnya para pemimpin Fretilin saat ini ingatkan aku pada semboyan Raja Perancis Louis XIV yang terkenal, “ L’etat c’est moi..” pada waktu sebelum Revolusi Perancis.

Wednesday, February 21, 2007

CATATAN SEORANG PENGEMBARA 5


[Aku berhenti 'update' blog-ku ini sejak akhir pekan lalu karena agak sibuk dengan urusan kerja kantor, dan urusan keluarga...Aku kini di Timor-Telecom, Acait.. Mulai hari ini aku akan sering mampir kesini untuk urusan 'internet' terutama untuk 'meng-'update' blog-blogku dalam bahasa Indonesia, Inggris dan Tetun. Aku tak bisa lagi mengkasesnya di kantor karena telah di'block' oleh pihak IT.Sialan!....]

*) Kehidupan adalah sebuah cermin. Bila kita tertawa, ia akan tertawa, dan bila kita menangis, ia pun akan menangis.

Friday, February 16, 2007

CATATAN SEORANG PENGEMBARA 4

[Pukul 20:48. Di restoran PX, Obrigado Barracks. Lagi menunggu pesanan makan malam berupa BBQ Pork.

[Sore tadi hujan turun lebat seusai aku ikuti konferensi pers dimana orang nomor 1 di UNMIT, Atul Kahre alias boss-ku bicara, terutama tentang pertemuan DK PBB tentang TL baru-baru ini.

Akhir-akhir ini, setelah aku begitu aktif menulis diblog-ku dalam tiga bahasa:Tetun, Indonesia dan Inggris, aku selalu saja pulang ke rumah antara jam 9 dan 10 malam. Cukup melelahkan secara fisik, namun ada kepuasan secara batin.

Tadi malam aku agak capek sehingga aku tidur lebih awal.

Aku senang sekali menerima emal balasan dari Lia Haryono, seorang teman korespondensi sastra asal Indonesia, yang baru-baru aku kenal lewat internet. Dalam email tersebut, yang tiba tadi sore, dia sertakan sebuah puisi prosa. Menarik untuk disimak, sbb:

“Jika Saja Kau Ada Di Sini “

Selalu saja ada ranting ranting cemara yang berderak patah tiap kali langkahku menyisir selasar hitam putih di tepi taman dekat danau sebelah rumah. Nafas senja yang menghangatkan dan romansa jazzy yang mengalun pelan dalam hati. Luruhan kata kata puitis asmara putih yang terlarung di dalam dada melayang ringan terbawa angin musim basah. Bau kamboja yang bertebaran diantara gemburan tanah merah. Wajah yang memerah dadu dan senyum yang terselip di hamparan rindu. Ah, Sudah terlalu banyak buku yang kubaca tapi tidak satupun kutemukan rumus atau opini yang dapat menyimpulkan rasa yang entahlah selalu tiba tiba saja hadir saat senja di musim seperti ini.

Mahligai biru. Ya biru sebiru matamu yang pendarkan rindu menepis resah yang membatu. Dan pelangi, pelangi yang tidak lagi mejikuhibiniu tapi semuanya memerah jambu saat desah nafas rindumu kutemui dalam untaian huruf huruf limpahan kasih yang suci tanpa berharap akan sesuatu untuk kembali. Suratmu berbicara banyak tentang semua kenangan tahun tahun yang telah lalu dan aku tahu kau menulisnya dengan sedalam dalamnya rasa yang pernah terbentang antara kau dan aku. Dalam gigil malam dimana pernah kita isi dengan hangatnya rasa yang tidak kita mengerti dan tidak bisa kita raba. Mungkin malam tadi kau teringat akanku karena tidurkupun tidak nyenyak malam tadi.

Sentuhanmu masih terasa disini. Di tempat aku duduk sekarang ini sendiri di temani rendezvous seperti aroma therapy yang mendamaikan setiap senti sel sel otakku yang penuh dengan kilasan senyummu. Ah, Jika saja kau ada disini.

february 2007 ]

------

Thursday, February 15, 2007

CATATAN SEORANG PENGEMBARA 3

[Pukul 9:07 pagi. Kantor UNMIT.]

*) Penulis, tak lain tak bukan, adalah si “pemotret jaman”. Seringkali obyek pemotretannya buram.

*) Sejak aku masih duduk di bangku SMA, aku sudah mulai tertarik dengan apa yang dinamakan “pepatah/pepitih/kata mutiara/mutiara kata”. Kebenaran yang dikandung dalam gaya penulisan semacam ini, tak lekas lapuk dimakan jaman..

*) Jangan terburu-buru nafsu untuk menghasilkan sesuatu kalau memang itu belum waktunya. Biarlah dulu, faham?

PUISI-PUISI PENTAS 1: "SANAK BARAK, SULI BA IDA"




PENGANTAR

Kedua puluh puisi berikut ini merupakan puisi-puisi yang kugunakan dalam pementasan puisi di kota Dili, Timor-Leste pada bulan Mei 2005. Pementasan tersebut merupakani salah satu mata acara dari pementasan seni bersama rekan-rekan seniman lainnya bertemakan “SANAK BARAK SULI BA IDA”, yang artinya “BANYAK CABANG, BERMUARA SATU”.

Semua puisi ini merupakan karya-karya yang belum diterbitkan sebelumnya, kecuali satu puisi. Puisi “Burung Merpati”lah yang telah muncul dalam kumpulan puisiku yang pertama berjudul “Menari Mengelilingi Planet Bumi”, dan diterbitkan di Belanda pada tahun 1995.

Bersama kawan pelukis, Yahya Lambertz, asal Indonesia, aku membacakan puisi-puisi ini dalam tiga bahasa:Indonesia, Tetun dan Inggris. Versi Bahasa Indonesialah dibaca lebih dulu, dengan maksud untuk menciptakan suasana artisitik buat Yayha. Dengan demikian, dia dengan leluasa memainkan kuasnya di atas kanvas, ikuti irama dan gerak batinnya. Dia membuat lukisan abstrak ketika pembacaan dilangsungkan. Sebuah eksperimen yang pertama dalam kehidupan kami sebagai seniman, dan sekaligus sebagai salah satu ‘pentas monumental’. Pementasan itu mendapat sambutan hangat dari para penonton pada waktu itu..

Aku anggap dirikulah si pembicara, dan Yahlahlah sebagai penerjemahku malam itu.

Aku sangat menantikan komentar literer yang kritis atas karya-karyaku ini.
Salam Sastra,
Abé Barreto Soares
Dili, 15 Pebruari 2007


---------------------------------------------------------
1. BURUNG PERDAMAIAN

O, merpati manis, burung perdamaian
dimanakah kau sebenarnya?
O, merpati manis, burung perdamaian
yang mampu terbang sangat meninggi
dimanakah kau sebenarnya telah berada?
Tak tahan lagi aku menantimu
untuk terbang kembali
dan hinggap disini, di atas pohon beringin besar
yang elok berindang ini
dengan sebatang dahan zaitun,
mendekap rapat di paruhmu
O, merpati manis, burung perdamaian
aku begitu tak sabar menunggu
untuk menguping nyanyian Jerusalemmu
yang sangat melodius dan syahdu itu!
---
2003-2005

2. IN MEMORIAM *) SERGIO VIEIRA DE MELLO

sebuah tiang bendera kau tancapkan
di bumi **)lafaek yang kering dan tandus

bendera berkibar
dikipas angin kencang

kau beri hormat

kau mundur

kau menepi
---
2003-2005

*) Bekas kepala Misi PBB di Timor-Leste, UNTAET dari tahun 1999-2002 (almarhum), yang tewas di Irak pada bulan Agustus 2003

**)Buaya (menurut dongeng daratan Timor terbentuk dari seekor buaya).

3. SALIB YANG KAMI PANGGUL

Kami melangkah, memanggul salib
Di tengah jalan, kami jatuh dan jatuh lagi

Di atas Golgota, terang sinar
meringankan beban yang kami pikul
setengah hati
---
2005

4. BAGHDAD TERSAYAT LUKA

Baghdad tersayat luka,
Baghdad rubuh, tak berdaya!
Baghdad lesuh, berlumuran darah!

Luka Baghdad, luka kita bersama!
---
2003-2005

5. TERTANCAP SEBUAH SANGKUR

Tertancap sebuah sangkur!

Malang sang buaya,
tubuh terkapar, mulut berbusa

Mulut sang buaya berkomat-kamit:
“apa salahku?
apa dosaku? ”

---
2002-2005


6. JUBAH PUTIH

jubah putih berdebu
jubah putih bercak darah:
mengantar kurban persembahan

jubah putih kini
dicaci,
jubah putih kini
dicincang,
diinjak
dan dibuang
---
2005

7. LÁGRIMAS DO XANANA (AIR MATA XANANA)

Air mata Xanana
hangat dan kental

Menjelma jadi balsem-balsem

Sembuhkan luka-luka
---
2002

8. PONTE KAIS—PELABUHAN DILI

batu-batu cadas, batu-batu karang

riak-riak ombak, cahaya-cahaya lampu
berebut ucap, nyatakan sikap:
disini aku ada, disini aku eksis
---
2002


9. AKULAH SEBUAH KERIKIL YANG KAU LEMPARKAN
(Meditasi Senja)

ketika semua dawai kehidupanku akan dimainkan, maka
setiap sentuhan-Mu akan muncul musik cinta.”

Rabindranath Tagore

akulah sebuah kerikil
yang Kau lemparkan, Tuhan
ke dasar kolam yang sejuk bening

aku tenggelam

sekilas tinggalkan riak-riak
perlahan-lahan menepi

mentari senja
pancarkan sinar
mencium bibir kolam

riak-riak ombak
jinak-jinak berbusa
riak-riak ombak
perlahan-lahan
menghilang
---
2002-2005

10.DI ATAS BUKIT-BUKIT TANDUS

salib-salib bercahaya
di bukit-bukit tandus

menetes darah-darah segar,
suburkan tanah-tanah datar

berkuncup tunas-tunas muda
sebarkan merbak-merbak surgawi
---
2005

11.DESEMBER TUJUH LIMA (1)

Dili menggigil
Dili ketakutan

Dili ragu-ragu
menyeret langkah-langkah

susuri jejak-jejak merdeka

---
2002-2005?

12. DESEMBER TUJUH LIMA (2)

martabatku diinjak
martabatku diborgol

aku menatap
dalam gugup

aku berucap
dalam gagap
---
2002-2005?

13. *NICOLAU LOBATO

kegelapan erat memborgol
kegelapan erat membalut

kaulah terang menembus
kaulah terang mendobrak

tegak kami berdiri
tegak kami melangkah
tegak kami menyongsong

semilir segar bayu

---
2003-2005?

*) Pemimpin perlawanan Timor-Leste yang tewas dalam pertempuran
melawan tentara Indonesia pada tahun 1978

14. PÁPA

Papa bukan malaikat. Baju Papa
berlumpur. Papa jatuh tersungkur

pinta
uluran ampun
---
2003-2005?

15. *MANATUTO

manatuto: akarku
kuat menancap

ranting-rantingku subur menjulur

ranting-rantingku sigap melalang,
jajaki sudut-sudut buana

---
2004-2005

*) Nama sebuah distrik di Timor-Leste, tempat kelahiran ayahku.

16. SETEMBRO NEGRO

puing-puing menjulang
puing-puing berserakan

tampilkan saksi-saksi bisu
beberkan kisah-kisah pilu
---
2004-2005

17. LISBON: SEKILAS SKETSA

terik mentari
membakar wajah kota

[rindu dendam
berebut ucap,
berebut cakap,
berebut pentas]

mondar-mandir wisatawan
mencari nikmat

[aku:pemulung fosil-fosil jaman,
aku: warga buana,
melancong tak berujung pangkal]

tak kencang bertiup angin
sejuki wajah kota yang semakin menua

[lorosa’e (baca: timor-lorosa’e] yang hancur lebur
laksana seekor pheonix mengepak-kepak sayap
dari dekapan sisa-sisa abu,
dan terbang lagi,
meninggi
menerobos batas-batas cakrawala]

sore beranjak tiba
seorang bocah cigano
mengamen dengan akordion mungil
meminta belas kasih
anjingnya kurus kering
setia menemani

[ah, mengapa antara “the haves”
dan “haves not”
senantiasa ada jurang pemisah?]


di praça do comercio
tampak ada tertulis di dinding tembok,
“MORTE AO IMPERIALISMO!
CLINTON, GO HOME!

[rupanya Pam Sam
dan tetek bengeknya
tak mendapat tempat disini]

fado beralun, sayup-sayup terdengar
dari mulut wanita setengah baya, bergigi ompong
menyambut senja,
sebentar lagi turun
selimuti
wajah kota

----
2000-2005

18. AKULAH GEMBALA, KAULAH KAWANAN DOMBA

akulah gembala
kaulah kawanan domba

letihmu menikam
letihmu merajam

disini aku menunggumu mampir

disini aku menunggumu
eluskan letihmu yang berkumat
---
2005

19. DIAMKU

diamku ditafsir
seribu maksud

diamku
semata isyarat protes:
aku tak mau dibelenggu
---
2005

20. ERNESTO “CHE” GUEVARA

kejora Latina
berpijar di waktu subuh

terangi tapak-tapak
---
1997-2005

------

Wednesday, February 14, 2007

CATATAN SEORANG PENGEMBARA 2


[Dalam perjalanan pulang dari tepi pantai—Fatuhada, Marconi, dan Kampung Alor tadi pagi sekitar pukul 7:27, seusai melakukan ‘meditasi’ ringan……]

*) Di tangan para penyair, lahirlah karya-karya kreatif.

[Ketika hampir tiba kembali di rumah, sekitar pukul 7:41…….]

*) Selalu saja ada orang yang memperhatikan segala gerak-gerik kita. Maka dari itu, kita diminta untuk berhati-hati dalam bertingkah dan berlaku.

---

[Pukul 20:44 kini , di ruang kantor baru.]

[-Hari Valentine dirayakan secara khusus? Di kamusku, tiap hari adalah ‘Hari Valentine.' Ya, aku memang agak sinis terhadap hal ini..Aku tak mau ikut larut dalam ‘euforia peringatan’ yang tak ada substansi sama sekali.

-Aku dan rekan-rekan kerja dalam unit terjemahan, pindah lagi tadi sore dari ruang K-4 2,3 ke K-5. Terakhir kali kami pindah dari tempat kami masing-masing yakni pada tanggal 25-1. Aku enggan pindah. Tapi apa mau dikata, aku terpaksa ikut arus atasan.

Sore tadi aku keasyikan membaca ‘blogspot’nya si penulis Indonesia, Kurnia Effendi. Banyak hal yang kupetik disitu demi pengembangan kreatifitasku sebagai seorang pengembara di jagat sastra.

Aku banyak memetik manfaat dalam menyelami kesastraan Indonesia. Aku ingin sekali bekerja sama lebih jauh dengan para pengarang negeri tersebut. Semoga semangat untuk melakukan hal ini tidak hanya sekedar ‘panas-panas tai ayam’. ]
---

Tuesday, February 13, 2007

CATATAN SEORANG PENGEMBARA 1

[Pukul 8:45 pagi di kantor Unit Terjemahan/UNMIT.]

[Timor-Leste masih belum pulih total dari krisis politik-militer. Anggota keluargaku terpakasa harus menggungsi lagi dari tempat tinggal mereka di Usindu III karena mereka dalam keadaan terancam. Mereka menggungsi ke Delta I sejak hari Minggu, 11-2 sore.

Entah sampai kapan orang Timor-Leste, terutama yang bertempat tinggal di Dili, ibu kota akan hidup dalam keadaan yang tidak menentu?

Semoga catatan harian awal lewat ‘cyberspace’ ini tampil sebagai motor penggerak untuk memunculkan catatan-catatan lagi ( paling tidak, secara teratur) di hari-hari mendatang.]

Wednesday, February 7, 2007

KORESPONDENSI SASTRA II

Pengantar

Kukirim puisiku berjudul “Kematian” berikut ini tadi malam, sebagai tanggapan atas kiriman puisi kawan penyair Indonesia, Selma Hayati pada siang hari, tanggal 2-2-2007 (ia sudah lama tinggal di Timor-Leste) lewat SMS sbb: ZIARAH/mengalirlah doa-doa/dalam kekhusyukan/mengantar yang hilang/ menjadi hilang// [ 11:45:18/02-02-2007]
Dia menyambut dengan puisinya yang berjudul “Kematian” pula.
Salam Sastra,
ABS
Dili, 7 Pebruari 2007

----

ABS: KEMATIAN/jangan cucurkan air mata/aku tak pergi/tetap disini/bersama kalian/menggantungkan cita-cita// [21:40:11/06-2-2007]

SH: KEMATIAN/ia akan dtg sekali/menyapa/membawa pergi/tanpa salam pada matahari/pergi// [21: 52:04/06-02-2007]

PUISI UNTUK ANTOLOGI (TIGA BAHASA) 1

Pengantar

Ketiga puisi berikut,yang tampil dalam tiga bahasa: Tetun, Indonesia dan Inggris ini telah diikutsertakan dalam naskah untuk antologi puisi Wordstorm, dan akan diterbitkan di Australia tahun ini. Aslinya ditulis dalam bahasa Indonesia.
Wassalam,
ABS
Dili, 7 Pebruari 2007
------------
BURAS ROHAN LAEK

Buat hotu sei rahun
Buat hotu sei nakfera
Buat hotu sei sai uut

Dubun foun sei mosu, haburas rai tetuk

Ita sei hamulak
Ita sei hananu knananuk bei ala
Ita sei tebe
Ita sei bidu
hadulas fatuk uma lulik

Biti boot sei nahe
Ita hotu sei tuur
Ita fuan sei mamar
Ita ulun sei malirin
Haklaken lia loos
Haktuir lia naksalak

K’solok domin sei mosu
K’manek dame sei matak
Buras no buras
Buras rohan laek
--
2006

FLOURISH EVERLASTINGLY

Everything will be crushed
Everything will be broken
Everything will become dusty

New buds will appear, flourishing the flat land

We will pray
We will sing the songs of ancestors
We will tebe*)
We will bidu**)
Circling the stones of the sacred house

A big mat will be spread out
We all will sit down
Our hearts will be soft
Our heads will be cool
Telling the truth
Recounting the wrong doings


The happiness of love will appear
The beauty of peace will be green
Flourish and flourish
Flourish everlastingly
--
June 2006

*) Tebe is a Timorese dance, usually performed by men and women in a circle by holding hands.

**)Bidu is another traditional Timorese dance, usually performed by men.


SUBUR TANPA AKHIR


Segalanya akan hancur
Segalanya akan pecah
Segalanya akan menjadi debu

Tunas baru akan muncul, suburkan tanah datar

Kita akan memohon
Kita akan menyanyikan nyanyian nenek moyang
Kita akan tebe*)
Kita akan bidu**)
Mengitari batu-batu rumah adat

Tikar besar akan digelarkan
Kita semua akan duduk
Kepala kita akan dingin
Hati kita akan mencair
Beberkan kebenaran
Tuturkan kesalahan

Kebahagiaan kasih akan muncul
Keindahan damai akan menghijau
Subur dan subur
Subur tanpa akhir

---
2006

*)Tebe adalah sebuah tarian tradisional Timor-Leste, yang biasanya dipagelarkan oleh kaum lelaki dan perempuan dalam bentuk lingkaran, dengan saling memegang tangan

**) Bidu adalah sebuah tarian tradisionnal Timor-Leste yang lain, yang biasanya dipagelarkan oleh kaum lelaki.


LIAN POVU NIAN


Lian Maromak, lian lulik na’in, hori uluk hori otas kedas
Keta koko, keta tahan, keta halimar

Lian povu nian, lian halerik, lian hamulak
Lian kro’at, halo mundu hakfodak

Lian povu nian, lian lulik na’in, lian kbiit tomak, sobu laran metan,
harahun laran fo’er

---
2006


THE VOICE OF THE PEOPLE

It is the voice of God, a sacred voice from time immemorial
Don’t ever test, don’t ever stop, and don’t ever play with it

The voice of the people is a crying voice, a praying voice
It is a sharp voice, surprising the universe

The voice of the people, a sacred voice, a powerful voice, crushing the impure hearts, smashing the dishonest hearts
---
2006


SUARA RAKYAT

Suara Tuhan, suara sakral sejak dari dahulu kala
Jangan coba-coba menantangnya, menahannya, dan jangan main-main

Suara rakyat, suara yang menjerit, suara yang memohon
Sebuah suara yang tajam, mengejutkan buana

Suara rakyat, suara sakral, suara dahsyat, merombak hati yang busuk,
menghancurkan hati yang kotor

---
2006


HA’U NU’UDAR FATUK KI’IK IDA NE’EBÉ ITA BO’OT TUDA BA IHA KOLAN LARAN
(Meditasaun Rai Nakaras Nian)

“wainhira moris nia instrumentu múzikal tomak sei atu toka, maka Ita Bo’ot nia liman mós sei atu hamosu knananuk domin nian.”
Rabindranath Tagore

Na’i, ha’u nu’udar fatuk ki’ik ida ne’ebé Ita bo’ot tuda ba iha bee kolan moos furak ida

No ha’u mout ba bee kidun

Teki-tekis husik hela laloran ki’ik, neneik-neneik hakbesik ba kolan ninin

Loro-matan nakaras
haklaken nia nabilan,
re’i bee kolan nia ibun kulit

Laloran ki’ik, ho maus hamosu furin
Laloran ki’ik, neneik-neneik halakon sira-nia an
---
2002-2005


I AM A PEBBLE THAT YOU THROW INTO THE POND
(An Evening Meditation)

“when all of the musical strings of my life will be played, then every touch of Yours will create the music of love.”
Rabindranath Tagore

Lord, I am a pebble that you throw into
a freshly transparent pond

And I am sinking

Soon leaving behind the ripple of waves, slowly moving to the edge

The evening sun
Shinning its lights, kissing the lips of the pond

The ripple of waves, gently foaming
The ripple of waves, slowly disappearing
---
2002-2005


AKULAH SEBUAH KERIKIL YANG KAU LEMPARKAN KE DALAM KOLAM
(Meditasi Senja)

ketika semua dawai kehidupanku akan dimainkan, maka
setiap sentuhan-Mu akan muncul musik cinta.”

Rabindranath Tagore

Tuhan, akulah sebuah kerikil yang Kau lemparkan
ke dasar sebuah kolam yang sejuk bening

Dan aku tenggelam

Sekilas tinggalkan riak-riak ombak, perlahan-lahan menepi

Mentari senja
pancarkan sinar, mencium bibir kolam

Riak-riak ombak, jinak-jinak berbusa
Riak-riak ombak, perlahan-lahan menghilang
---
2002-2005

KORESPONDENSI SASTRA I

Pengantar

Acap kali aku berkorespondensi dengan kawan-kawan pencinta sastra, terutama pencinta puisi lewat SMS dan email.

Sebuah keasyikan tersendiri dalam bersastra. Aku peroleh apresiasi dan komentar yang kritis, dan tajam dari kawan-kawan tersebut. Hal itu membuat aku lebih bergairah untuk terus berkeliaran di jagat sastra.

Berikut adalah korespondensi lewat SMS dengan Zinha Viegas (ZV), seorang kawan Timor yang gandrung pada puisi (kami sudah banyak kali ber-SMS di masa-masa yang lalu) tadi malam [ketika lampu listrik padam].

Wassalam,
ABS
Dili, 7 Pebruari 2007
----

ABS: KEMATIAN/jangan cucurkan air mata/aku tak pergi/tetap disini/bersama kalian/menggantungkan cita-cita// [21:55:11/06-2-2007]

ZV:semoga kematian/tak memudarkan semangat/bagi yang ditinggalkan/p’jalanan panjang penuh liku/meraih cita luhur anak bangsa// [21:49:57/06-2-2007]

ABS: Tajam penafsirannya lewat puisi yang juga kuat. Tanx.// [22:44:19/06-02-2007]

ZV: Thanks jg my Dear, smg aku tdk k’hilangan total semangat buat bangkit. Realita Negeri terasa tajam menikam! Entah smp kpn keadilan dan kedamaian bersemi lg di Negeri yag porak poranda dan tak b-tuan ini?!? [22:15:55/06-02-2007]

ABS: Ya, nasib bangsa yang berduka karena luka. Adalah luka kita bersama. Yakinlah prima bahwa dgn segala daya yang kumiliki akan kuberikan semangat tk berjuang. Pasti di ujung terowongan akan ada sinar. [22:29:10/06-02-2007]

*****

PUISI BULANAN 1 [ASLI]

KEMATIAN

Jangan cucurkan air mata/
Aku tak pergi/
Tetap disini/
Bersama kalian/
Menggantungkan cita-cita/
---
Pebruari 2007