Monday, November 24, 2008

CATATAN SEORANG PENGEMBARA 86

*) Seringkali aku cenderung menuduh orang lain sajalah yang melakukan kesalahan bila suatu pertikaian terjadi dimana aku pun terlibat di dalamnya. Dan susah bagiku untuk memiliki rendah hati, serta mengakui kesalahanku.

*) Musuh utama adalah diriku sendiri. Bila aku mampu menjinakkan musuh itu, maka aku tampil sebagai pemenang.

Friday, November 21, 2008

PUISI BULANAN-19: "AKU INGIN SEPERTI SEEKOR ELANG"

AKU INGIN SEPERTI SEEKOR ELANG

Aku ingin bebas, terbang tinggi, seperti seekor burung elang
Memandang dari atas
Melihat dengan pandangan luas, tembus, dengan sorot mataku yang tajam
Aku ingin hinggap di dahan sebuah pohon yang tinggi
Aku ingin terbang turun, mencari makan
Aku ingin bersenandung, aku ingin bersiul
Aku ingin terbang lagi, mengepak sayap-sayapku
Aku ingin tinggalkan bayang-bayang
--
21 Nopember 2008

*) Aslinya ditulis dalam bahasa Tetum.

Thursday, November 20, 2008

CATATAN SEORANG PENGEMBARA 85

*) Aku tak ingin menyala dengan terang-benderang seperti lampu-lampu besar. Aku hanya ingin menjadi sebatang lilin kecil di kegelapan malam, terangi tapak-tapak.

*) Aku tentu akan menyesal di kemudian hari bila aku tak mempersiapkan hari esok-ku dengan baik. Hidup akan maju terus ke depan, dan tak akan pernah mundur ke belakang.

Wednesday, November 19, 2008

PUISI BULANAN-18: "HARI PARA ARWAH"

*) HARI PARA ARWAH

Lilin kita bakar
Kita panjatkan puja, kita panjatkan puji
Bunga kita taburi
Airmata haru
kembali bercucur,
basahi dinding-dinding makam

--
Nopember 2008

*) Aslinya ditulis dalam bahasa Tetum.

CATATAN SEORANG PENGEMBARA 84

*) Biarkanlah jagat kita ini dihiasi “pelangi budaya” yang berwarna-warni. Kalau hanya satu "warna budaya", maka jagat kita akan kelihatan monoton dan membosankan, bukan?

Wednesday, November 12, 2008

PUISI BULANAN-17: "BELAJAR DARI ANAK-ANAK"

BELAJAR DARI ANAK-ANAK

Anak-anak adalah bulu-bulu mata kita sendiri
Anak-anak adalah daun-daun telinga kita sendiri
Anak-anak adalah usus-usus kita sendiri
Anak-anak adalah gumpalan darah kita sendiri

Anak-anak adalah saksi-saksi hidup
Mewarisi tradisi kita
Dari awal hingga akhir

Anak-anak adalah murid-murid kita
Anak-anak adalah guru-guru kita

--
2008

*)Aslinya ditulis dalama bahasa Tetum dengan judul berbahasa Indonesia seperti yang tertera di atas.

PUISI BULANAN 16: "TRAGEDI SANTA CRUZ: IN MEMORIAM"

*) TRAGEDI SANTA CRUZ: IN MEMORIAM

jerih-payah kalian
tak mampu kami hitung
jerih-payah kalian
tak mampu kami lunasi

kami hanya ingin
meneruskan ratapan kalian
kami hanya ingin
sebarkan teriakan kalian

jerih-payah kalian tidaklah sia-sia

--
12 Nopember 2008

*) Mengenang kembali tragedi pembunuhan masal, dilakukan oleh TNI di makam Santa Cruz, Dili pada tahun 12 Nopember 1991. Aslinya ditulis dalam bahasa Tetum.

Friday, November 7, 2008

PUISI BULANAN 15: "DILI, PANORAMA PAGI"

DILI, PANORAMA PAGI

turun hujan tadi subuh
air laut tenang, air laut jernih

aku kembali berkaca
pada riak-riak ombak
yang berdendang

--
7 Nopember 2008

CATATAN SEORANG PENGEMBARA 83

*) Kita menjadi cacat seumur hidup karena kita seringkali jatuh pada pelukan dosa.

Thursday, November 6, 2008

CATATAN SEORANG PENGEMBARA 82

*) Hati nurani kita senantiasa tampil menjadi hakim, mengahkimi kita, apabila kita melakukan sesuatu yang tidak sesuai aturan main dalam perjalanan hidup. Kita menjadi tidak tenang. Itu adalah sebuah hukuman. Tak ada tawar-menawar.

*)Kejujuran batin sangatlah mutlak diperlukan dalam kita berekpresi di atas pentas akbar. Tanpa itu, kita menjadi hampa. Kita menjadi sebuah tong yang kosong, tapi nyaring bunyinya.

PUISI BULANAN-14: "PENJARA ITU BERNAMA TIMOR-LOROSA'E"

PENJARA ITU BERNAMA TIMOR-LOROSA’E

ratusan tahun, puluhan tahun
aku diborgol
di negeriku sendiri

kini aku bebas merdeka

di atas dada tanah ini
tegak aku berdiri
tekadkan sebuah ikrar
--
Oktober-Nopember 2008

Wednesday, November 5, 2008

PUISI BULANAN-13: "SEBUAH DIALOG PADA PERTENGAHAN TAHUN"

SEBUAH DIALOG PADA PERTENGAHAN TAHUN

(Refleksi Pagi)

Tuhan, aku cuma sebatang pencil yang Engkau gerakkan untuk menulis pikiran dan isi hati-Mu,

Tuhan, aku hanya sebatang seruling yang Engkau mainkan guna menghasilkan nyanyian-nyanyian surgawi-Mu yang melodius,

Tuhan, aku semata sebuah gitar yang Engkau petik demi memadahkan bunyi-bunyi, yang membangkitkan ruh-ruh yang lagi tidur pulas,

Tuhan, aku sekedar sebuah piano yang Engkau mainkan tuts-tutsnya, dan aku mendendangkan lentingan nada-nada yang melengking di malam yang sunyi dan senyap,

Tuhan, singkat kata,
ijikanlah aku untuk meminjam kata-kata Santu Fransiskus Asisi,

“Jadikanlah aku sebuah instrumen perdamaian”

di tengah-tengah jagat-raya
yang maha luas ini.

Tuhan, aku ingin setia,
dan patuh senantiasa terhadap segala kehendak-Mu
di bumi dan di surga.
Amin.

---
24 Juni 2008

PUISI BULANAN 12- "MANATUTO, EPISODE PAGI"

*) MANATUTO, EPISODE PAGI

pagi menampakan kesuburannya, pagi menampakan kehijauannya
dengan embun semalaman
yang melekat pada daun-daun padi

kakiku basah, kena air sawah, yang mengalir tiada henti
telingaku menguping burung-burung pipit, tebarkan madah-madah

aku melangkah, dan berdiri di atas pematang
panjatkan puji, panjatkan doa, guna memperoleh bernasnya bulir-bulir padi

--
5 Nopember 2008

*) Manatuto adalah sebuah kabupaten di Timor-Leste, tempat kelahiran ayahku, dan tempat aku habiskan masa kecilku pada tahun 1970-an sampai 1980-an. Puisi ini aslinya ditulis dalam bahasa Tetun dengan judul, “Manatuto, Epizódiu Dadeer”.

Tuesday, November 4, 2008

PUISI BULANAN-11- "LAUT TEMPAT AKU MENGADUH"

LAUT TEMPAT AKU MENGADUH

Lautlah tempat aku mengaduh: semburkan 1001 tanya
Lautlah tempat aku temukan balsem kesembuhan
bagi luka-luka batinku yang menganga
--
Nopember 2008

PUISI BULANAN-10: "DILI, PANORAMA MALAM"

*)DILI, PANORAMA MALAM

kerlap-kerlip
lampu-lampu kota

pecahan ombak
mencium bibir pantai

kendaraan
lalu lalang

semilir angin

langit berbulan-bintang

segala
laksana orkes simfoni

--
Nopember 2008

*)Ibukota Timor-Leste