Wednesday, December 31, 2008

PUISI BULANAN-22: "JERUSALEM, JERUSALEM, ENGKAU KEMBALI MERATAP

*) JERUSALEM, JERUSALEM, ENGKAU KEMBALI MERATAP

Jerusalém, Jerusalém, engkau kembali meratap
Airmata mengalir tiada henti, terus membasahi bendera damai yang digantungkan pada dinding rumah tiap-tiap keluarga

Jerusalém, Jerusalém
Hatiku pilu, sukmaku meratap

Jerusalém, Jerusalém
Tak bisa aku tidur dengan pulas

Jerusalém, Jerusalém
Tak bisa aku tidur dengan nyenyak
--
Dili, 31 Desember 2008

*) Renungan terhadap situasi di Palestina ketika dibombardir oleh Israel baru-baru ini. Aslinya puisi ini ditulis dalam bahasa Tétum..

CATATAN SEORANG PENGEMBARA 88

*) Tahun 2008 sudah hampir berakhir. Besok kita masuki tahun baru 2009. Ketika aku kembali menengok ke belakang—mengamati perjalanan hidupku selama setahun penuh, aku kembali bertanya, “apa yang telah kuperbuat?”. Rasanya semakin banyak hal yang aku lakukan demi mengisi hidup ini, semakin aku merasakan belum banyak yang aku lakukan sebagai sumbangan yang berarti bagi hidup ini.

*) Tanpa adanya kerendahan hati dalam dua kubu yang bertikai, kedamaian dan keharmonisan serta rekonsiliasi sulit untuk diperoleh. Salah satu pihak, entah mau atau tidak, harus mengalah, sehingga dengan demikian akan tercipta peluang kepada pihak yang satu lagi guna mencairkan hatinya yang beku.

*) Doa tanpa kerja keras sama saja bohong. Dan kerja keras tanpa diiringi doa, rasanya ada sesuatu yang kurang lengkap dalam perjalanan hidup kita ini.

Monday, December 29, 2008

PUISI BULANAN-21: " SUARA TUHAN, SUARA SANG GURU"

SUARA TUHAN, SUARA SANG GURU

Dengarlah Ia bicara lewat dedaunan yang berbisik
Dengarlah Ia bicara lewat jam dinding yang berdetik

Dengarlah Ia bicara lewat jantung yang berdetak
Dengarlah Ia bicara lewat sayap-sayap burung yang berkepak

Dengarlah, dengarlah Ia bicara lewat gemuruh ombak yang menderu

--

Dili, 29 Desember 2008

Wednesday, December 17, 2008

PUISI BULANAN-20: "POTRET KOTA DILI PADA MUSIM HUJAN"

POTRET KOTA *)DILI PADA MUSIM HUJAN

Guntur bergemuruh
Halilintar menyambar
Kota menjadi kaget

Hujan deras turun
Selokan jalanan tersumbat
Banjir melanda

Anak-anak muda bermain hujan-hujanan
Berkejar-kejaran
Mengusir mimpi-mimpi
--
17 Desember 2008


*) Ibukota Timor-Leste

Tuesday, December 2, 2008

CATATAN SEORANG PENGEMBARA 87

*) Nenek-moyang kita laksana sebuah pohon, yang berakar di tanah datar. Kita—anak-anak, cucu-cucu, ciciit-cicitnya laksana ranting-ranting dan dahan-dahannya. Apabila akar pohon itu tidak mendapat siraman air yang secukupnya, kita tidak akan tumbuh dengan subur.