Friday, July 24, 2009

CATATAN SEORANG PENGEMBARA 107

[ Sebulan penuh aku mengembara di pelabuhan lain....Aku hadir lagi disini. Aku hadir untuk menyapa sesama pengembara...]

*) Dunia Timur dengan ketulusan hatinya menawarkan oasis peradaban, tapi dunia Barat kadang dengan kecongkakan otaknya menolak hal itu. Akhirnya timbul ketegangan. Kapan drama inia akan berakhir?

*) Para seniman (baca: penyair) selalu bergulat dengan bahasa ruh. Itu merupakan pergulatan yang tak berkesudahan.

*) Bunda adalah batu karang. Diterpa badai, dan ombak di tengah laut. Bunda tetap kokoh berdiri, jadi saksi bisu—memandang tingkah anak-anaknya yang aneh.

*) Kalau tanpa adanya siraman hujan pada tanah datar, mana mungkin akan berkuncup tumbuh-tumbuhan hijau? Demikian pun seorang anak. Kalau tanpa benih seorang ayah, mana mungkin dia bisa lahir di dunia? [merenungi kata-kata Ama Andresa-19-7-2009]

*) Perdamaian akan tiba lagi suatu saat, setelah adanya pertikaian yang berkepanjangan di antara kita. Kita akan bercucur lagi air-mata haru dan saling berpelukan, penuh persaudaraan.

*) Pentingnya bagi kita untuk senantiasa belajar dari sejarah masa lalu kita agar kita tidak jatuh lagi pada lubang kesalahan yang sama.

*) Api telah merambah dimana-mana. Haruskah aku tampil menjadi bensin, dan membiarkan diriku untuk disiram pada api sehingga menjadi besar, ataukah menjadi air?

*) Aku rapuh di hadapanMu. Aku lalai senantiasa. Hukumlah aku sesuai kehendakMu. Dengan demikian aku kembali ke jalan yang benar.

No comments: